“Sendirian Bu?” tanyaku.
Si ibu menjawab, “Sebenarnya berdua, tapi teman saya lagi ke toilet dulu.”
“Borong nih?” tanyaku lagi.
Dengan tersenyum si wanita tadi menjawab, “Ahh, nggak juga.”
Kemudian si wanita tadi bertanya lagi, “Di mana Adik tinggal?”
“Setiabudi”, jawabku dengan singkat tapi pandanganku terarah pada wajah wanita tadi.
“Oh kebetulan kita sama-sama satu arah, saya juga tinggal di Lembang, bagaimana kalau kita sama-sama pulangnya nanti?” tanya wanita tersebut.
Saya diam saja namun dalam hati ada juga rasa senang diajak oleh wanita cantik. Tanpa diduga wanita itu membawa barang-barangku ke kasir sekalian dengan miliknya untuk dibayar. Di situ saya bertemu dengan temannya yang ke toilet tadi, yang ternyata bernama Ririn, usianya sekitar 5 tahun lebih muda dari si ibu tadi. “Sudah Jeng?”, tanya Ririn ke pada ibu tadi. “Oh, sudah hanya sedikit kok.” Lalu kami pergi ke basement untuk pulang.
Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan pulang, ngobrol di mobil dari kenalan sampai dengan masalah yang sangat pribadi. Ternyata si ibu tersebut bernama Lela, mereka dari kalangan Borju yang suaminya bekerja sebagai pengusaha yang jarang pulang ke rumah. Hari itu kurasakan sangat indah di dalam mobil mewah bersama dua orang wanita cantik, apalagi Ririn yang memakai rok mini dan baju transparan, sehingga BH dan pahanya jelas terlihat. Lela sambil menyetir terus berusaha menggodaku. Tanya pacar segala. Tak terasa aku hampir sampai di Setiabudi tapi Ririn yang berada di sampingku mencegah.
“Jangan Dik, lebih baik main dulu ke villa kami di Lembang”, ajaknya, “Ntar pulangnya diantar lagi.”
Lela pun ikut nimbrung, “Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami butuh teman untuk ngobrol.”
Ririn yang mengenakan rok mini selalu bikin aku ngiler apalagi dia sengaja menaikkan rok mininya sehingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas. Aroma wewangian yang dipakai oleh Ririn semakin menambah indahnya suasana. “Dik, ngantuk nggak?” tanya Ririn. Terus dia mengalihkan pertanyaannya. “Kalau ngantuk tidur aja di sini”, sambil membuka lebar pahanya sehingga terlihat jelas bagian yang sangat disukai oleh pria. Belum lagi aku menjawab dia sudah menarik kepalaku ke pahanya. Aku tak kuasa menolaknya lagi pula aku senang, untung kaca mobilnya gelap sehingga hanya Lela dan aku yang mengetahui apa yang diperbuat oleh Ririn kepadaku. “Dik kok kamu diam saja?”. Aku pura-pura bego padahal aku sudah mengerti, “What the hell she wanted.”
Kemudian dia menyuruhku untuk mengerjai bagian vitalnya, dan kuturuti saja kemauannya. Dia kini duduknya sudah tidak karuan seperti orang ambeyen saja. Tiada keraguan lagi di dalam benakku untuk mengerjainya. Pertama-tama kuraih kedua payudaranya yang sebesar buah mangga, lalu kuremas dengan mesra dan dilanjutkan dengan meraba pahanya yang mulus sehingga dia terengah-engah. Tidak puas dengan meraba, maka kulanjutkan dengan menjilat bagian pahanya. Jilatanku semakin panjang saja mulai dari lutut sampai ke paha lalu ke arah “bukit surganya” yang masih terbungkus celana dalamnya. Tanpa perintah, langsung kulepaskan celana dalamnya dan kini terlihat bukit kemaluannya yang berwarna merah muda yang dikelilingi oleh rambut yang tidak begitu lebat. Kerongkonganku tiba-tiba kering tatkala melihat pemandangan yang begitu indah. Ririn merebahkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar di atas jok. Tanpa buang waktu lagi kulanjutkan permainan setan ini. Kujilati, kuciumi sambil kumasukkan telunjukku ke lubang senggamanya. Ririn menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan sambil menjambak rambutku dan mendesakkan wajahku ke arah alat vitalnya. Lela hanya melihat perbuatan kami berdua sambil bersiul menirukan suara musik dari tape mobil seakan tidak mempedulikanku yang bercumbu dengan Ririn, ntar juga dia kebagian.
Sambil terus menjilat, mencium, menyedot sambil kumasukkan jariku. Ririn pun seperti orang kesurupan, menggeliat ke sana sini. Oh, indah sekali hari ini. Sekarang kugunakan telunjukku untuk mengutak-atik onderdil yang ada di dalam liang senggamanya dan ibu jariku kutekan-tekan ke klitorisnya. Lalu jilatan-jilatan kuarahkan ke sekitar belahan-belahan memeknya. Cara ini semakin membuat dia tersiksa kegelian tapi membawa kenikmatan yang luar biasa. Rasa bau amis, mual dan asin bersatu dalam kenikmatan. Aku memainkan dan menjilati liang senggama Ririn yang indah itu.
Hampir 20 menit aku bermain di daerah kemaluan Ririn. “Udah dulu Dik, Aku sudah tidak kuat..” Kemudian Ririn bangkit dan memintaku supaya mengeluarkan batang kejantananku. Dengan susah payah kukeluarkan milikku dan akhirnya keluar. Kemaluanku yang sudah ereksi sejak pertama naik mobil dipegang dengan mesra oleh Ririn, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya, sambil menjilati. “Oh, nikmat benget Mbak.. terus Mbak.. oughhh…” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Ririn yang sedang kesetanan terus-menerus memainkan senjataku yang berkepala botak itu. Lendir yang keluar dari lubang pipisku pun terus dia jilati. Enak sekail, tapi kalau aku konsentrasi ke sini terus lama-kelamaan aku bisa keluar, maka kualihkan perhatianku pada persoalan yang lain.
Hampir 20 menit Ririn bermain dengan kemaluanku dan tak terasa kami sudah sampai di villa milik Lela yang mewah. Ririn merapikan rok dan rambutnya yang acak-acakan tapi celana dalamnya di masukkan ke dalam tas. Gerbang terbuka secara otomatis lalu mobil masuk ke garasi, kami pun keluar dari mobil dan masuk ke villanya. Ririn terus saja memelukku dari belakang sambil menjilati leherku, kemudian Ririn membawaku ke kamar Lela yang luas. Di dalam kamar tersebut, Ririn langsung membuka seluruh pakaiannya. Begitu pula aku membuka seluruh pakaianku. Ririn pun kini merebahkan tubuhnya yang telah polos tanpa selembar benang pun di atas kasur yang empuk lalu dia menginginkan agar posisiku di atas tubuhnya, dimana dia akan mengerjai alat vitalku begitu juga sebaliknya. Kemudian kami pun beraksi. Yess, nikmat.. enak.. oughh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua diserta desisan.
Tak lama kemudian Lela pun masuk sambil membawa segelas air susu, segelas kuning telur bebek yang entah berapa jumlahnya dan dua botol kratingdaeng. “Minum dulu Dik”, kata Lela, “Lalu kita lanjutkan.” Kemudian aku mengambil segelas air susu, setelah itu gelas yang berisi kuning telur bebek setelah habis baru satu botol kratingdaeng. Walaupun perut ini sudah penuh tapi demi lancarnya daya dobrakku, ya kupaksakan karena ini untuk kepuasan kita bertiga. Kemudian Lela memujiku, “Wah, kamu mirip dengan aktor film x kesukaan Tante.. pasti kamu mainnya juga hebat..”
Tante Lela yang berparas ayu, bibir agak tebal dan mata sayu memandangiku dari wajah sampai ke arah kemaluanku. Lalu kuraih kepalanya dan kuarahkan ke wajahku. Lalu bibir kami saling berpagutan. Aku yang duduk telanjang di tepi ranjang sedangkan Tante Lela berdiri. Ririn yang sudah telanjang di belakangku tidak tinggal diam. Dia menghampiri burungku. Okh, desahanku pun terdengar sambil bibir Tante Lela bertautan dengan bibirku. Tanganku pun bergerilya melepaskan pakaian yang dikenakan Lela. Sesudah pakaian terbuka, kutarik BH-nya dan terlihat buah dada Lela lebih besar dibandingkan dengan milik Ririn. Ririn kini sedang melumat kejantananku sementara tangan kanannya meremas-remas biji pelirku dan tangan kirinya memegang celana dalamku. Benar-benar pengalaman yang fantastik bisa bercinta dengan dua wanita sekaligus.
Lela yang kini setengah telanjang meronta-ronta saat kujamah payudaranya dan meremasnya mesra. Ini benar-benar hebat, suara gemercik air ludah Ririn yang mengulum kemaluanku dan desahan Tante Lela kini mewarnai nuansa di kamar yang terhitung luas, jauh bila dibandingkan dengan kamarku. Andai aku tinggal di sini mungkin aku akan sangat berbahagia ditemani dua wanita yang cantik, binal dan haus seks. Payudara besar milik Tante Lela kuremas-remas dan yang satu kujilat, kulum dan kusedot-sedot sambil tanganku berusaha melepaskan celana jeans Tante Lela yang ketat. Akhirnya Lela membuka celana jeans-nya sendiri sedangkan celana dalamnya saya lepas dengan menggunakan gigiku. Woww, indah sekali barang milik Lela. Lela meronta-ronta. Tanganku mulai nakal bersamaan lidah, tanganku pun ingin bermain dengan memek Ririn. Desah Lela pun terdengar begitu memburu. Sementara itu Ririn pun masih sibuk bermain dengan kejantananku. Rupanya Ririn pun sudah tak tahan ingin suatu proses pengakhiran. “Ganti posisi dong…” bisik Lela sambil naik ke atas ranjang.
“Woww, Dik masukin dong.. udah nggak kuat nich.. pengin ngerasain punyamu…” desah Ririn tertahan sambil membimbing batang kemaluanku menuju liang senggamanya. Sementara itu Lela pun tidak ketinggalan, dia mengangkangkan pantatnya kemudian dia dekatkan pada wajahku. Wow, sungguh pemandangan yang indah tatkala liang senggama Lela tepat berada di wajahku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, kujilat mesra liang senggama Lela yang membuat Lela menggelinjang tanpa ampun. Tak lama kemudian Ririn pun mengikuti langkah Lela, mengarahkan lubang senggamanya ke wajahku. Aku berada di bawah dua cewek yang haus seks. Ririn terlihat merem-melek, tatkala Lela mengangkat pantatnya untuk berubah arah. Dia yang tadi membelakangi Ririn, kini mereka saling berhadapan. Kemudian Lela pun menurunkan pantatnya ke arah wajahku, memeknya seakan tersenyum kepadaku. Desisnya pun terdengar, “Woww, indah sekali.. nikmat… enak..”
Dengan tenaga yang masih tersisa saya menawarkan pada Ririn supaya berganti posisi. Lima menit kemudian Ririn dengan tenaga sisa berusaha bangkit lagi kemudian dia menggoyangkan pinggulnya, kini Lela dan Ririn saling berhadapan di atas tubuhku yang di banjiri peluh, lalu mereka saling berpelukan dan saling menjulurkan lidah masing-masing. Mereka ternyata kalangan biseks tapi tidak masalah bagiku, ini merupakan pengalaman baru bagiku. Ririn kini menggeliat dan seluruh tubuhnya kejang-kejang pertanda Ririn akan mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya dan dia pun berbaring di samping kiriku.
“Sekarang bagianmu Lel.. kamu maunya posisi yang gimana…?” bisikku mesra. Rupanya Lela menginginkan posisi doggy style. Sambil mengangkat kaki kirinya, kupandangi liang senggama Lela. Kupermainkan dulu liang kewanitaannya dengan jariku. “Ooukh…” desahannya pun terdengar dan aku senang pertanda di sedang dalam keadaan siap tempur. Lela yang kini menungging semakin membuatku tak sabar, kemudian kuarahkan batang kejantananku ke liang senggama Lela. dan.., “Blesss…” tanpa halangan yang berarti kejantananku menembus liang kemaluan Lela. Sambil menyentakkan pantatku, kumainkan jariku di lubang pantatnya. Lela mengeliat-geliat, rupanya letak kelemahannya terdapat pada lubang yang mirip sumur itu. Ririn yang terkulai lemas hanya senyum-senyum saja, dia mengakui bahwa aku yang terbaik dari lawan-lawan yang pernah dia pakai.
Hampir 30 menit kukerjai milik Lela, rupanya Lela pun sudah merasakan jenuh dengan permainan ini, dan sekarang dia memintaku untuk memasukkan kajantanaku ke lubang pantatnya. Lalu kuarahkan rudalku ke arah anusnya tapi sebelumnya kujilati dulu untuk melicinkan jalannya penetrasiku. Pertama belum berhasil, kemudian aku meminta bantuan Ririn yang sedang terkapar di sampingku untuk melumasi rudal yang belum berhasil mendobrak lubang pantat Lela. Ririn pun melakukannya, dia melumat rudalku dengan lidahnya, kemudian dia mengulum dan menjilati batanganku sampai terlihat licin lalu kucoba melakukan penetrasi lagi, kutekan pantatku. 1.. 2… 3… akhirnya aku berhasil menerobos lubang sumur Lela. Lela pun merem-melek bagaikan anak yang sedang mengorek kupingnya dengan bulu ayam, ini benar-benar luar biasa. Untung aku jalan-jalan kalau tidak, mungkin yah takkan pernah merasakan gimana asyiknya bermain dengan dua wanita sekaligus.
Hampir 24 menit kami melakukan anal seks, sampai akhirnya kami berada pada puncaknya dan setelah itu kami pun tak berdaya. Aku dan Lela terkapar lemas setelah menyemprotkan cairan nikmatku yang sangat banyak ke lubang pantat Lela. Aku pun tertidur sambil memeluk kedua wanita setengah baya tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
BAGAIMANA SOB KOMENTARNYA ... ?