Exit Jangan Lupa Klik Like Ya

Cerita Tante: Reuni SMA Vita


Cerita Seks Dewasa: Reuni SMA Vita - Namaku Vita, umurku saat itu masih 22 tahun dan aku termasuk gadis yang lugu dan pendiam, tapi teman teman kantorku bilang aku adalah gadis yang sangat cantik jika tidak judes. Aku merasa sangat bersyukur dikaruniai wajah yang cukup cantik dengan tubuh yang tinggi dan langsing serta kulit yang putih mulus.

Sahabat wanitaku bilang, kalau di kantor cowok-cowok selalu membicarakan aku dan mereka selalu memperhatikan aku, apalagi kalau aku sedang mengenakan rok span dan blouse ketat busana kerjaku. Mereka bilang tubuhku sangat seksi dengan buah dada besar yang aku miliki, tapi aku tidak peduli dengan komentar mereka. Banyak dari mereka yang berusaha mendekatiku tapi aku masih takut dan enggan untuk menanggapinya, aku lebih senang sendirian, aku merasa bebas dan tidak terikat. Singkat cerita aku diundang untuk menghadiri reuni SMA tempatku sekolah dulu, maklumlah sejak lulus SMA sampai saat kuliah dan bekerja, kami memang sudah sangat jarang bertemu.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat aku tiba di pelataran parkir sebuah kafe di bilangan Jakarta selatan, tempat reuni SMA ku di adakan, saat itu aku mengenakan pakaian kerja, rok span hitam dan kemeja putih dan aku memadukannya dengan blazer hitam, aku memang tidak sempat berganti pakaian karena kesibukanku di kantor, tapi tak apalah, dengan pakaian ini aku cukup PD untuk bertemu dengan teman teman SMAku, pikirku. "Aduh.. Tuan putri ini makin cantik aja..!!" seru Nina, kawan satu kelasku waktu di SMA. Hari itu aku merasa sangat senang, bertemu dengan teman teman SMA-ku, acaranya juga cukup meriah, di hadiri oleh lebih dari seratus orang, yang semuannya adalah alumni sekolahku.

"Astaga.. Sudah jam berapa nih..!!" gumanku di sela hingar bingar musik, aku sampai lupa waktu karena asyik ngobrol dengan teman temanku. "Nanti aja pulangnya Vit..!!" seru Cindy sambil menarikku ke depan panggung, saat itu di atas panggung sedang di pentaskan live music dan tampak beberapa pasangan tampak asyik ber slow dance mengikuti alunan music yang memang sedang berirama pelan. Terus terang saat itu aku memang terbawa suasana pesta, sayang kalau aku harus pulang cepat pikirku, aku malah ikut ikutan menenggak wine. Seumur hidup baru kali ini aku minum minuman keras, sehingga kepalaku terasa pusing, apalagi music sudah berubah menjadi house music dan hip hop membuat kepalaku makin berputar putar tak karuan.

"Ayo Vit..!! kapan lagi.. Belum tentu setahun sekali nih acara ini di buat..!!" seru Nina sambil menari- nari dan menjerit jerit histeris. Kayaknya Nina sudah mulai mabok nih..!! Pikirku. Tiba tiba aku merasa lenganku di tarik oleh seseorang, rupanya Suryo dia teman satu kelasku saat aku kelas tiga, "Ayo Vit.. Kita melantai..!!" ujar Suryo sambil menarikku ke atas panggung. "Nggak mau ahh.. Yo, lagi pusing nih..!!" keluhku, tapi Suryo tetap saja menggandengku, mau tidak mau aku jadi mengikutinya ke atas panggung, aku mulai menggerak gerakan tubuhku mengikuti alunan music yang menghentak hentak, aku sudah setengah sadar akibat pengaruh wine yang ku minum tadi dan aku juga benar benar terhanyut dalam histeria suasana pesta, sehingga aku tidak bisa lagi mengontrol gerakan tubuhku, gerakanku menjadi lebih berani dan terkesan erotis, sementara Suryo sudah berada dibelakang tubuhku, mengikuti dan mengimbangi gerakanku.

Dan anehnya aku sangat menikmati suasana tersebut, padahal selama ini aku terkenal sangat anti dengan hal yang berbau dugem. Ah.. Nggak apa apa deh sekali ini aja.. Pikirku. "Buka.. Buka.. Buka..!!" kudengar teriakan teman-temanku sambil bertepuk tangan menyuruhku membuka kemejaku, aku sempat terkesiap mendengar teriakan mereka. Kulihat ke arah samping, beberapa teman wanitaku memang sedang membuka pakaian bagian atas mereka, bahkan Nina sudah mulai membuka branya sehingga sebelah payudaranya tampak sudah menyembul keluar dan langsung di sambut dengan tepuk tangan dan teriakan riuh rendah dari teman temanku.

Anehnya walaupun agak risih, akhirnya aku mau saja menuruti kemauan teman teman ku itu, entah karena pengaruh wine atau mungkin aku sudah begitu terhanyut dengan suasana pesta tersebut, sambil tetap menggoyang goyangkan tubuhku, ku lepaskan blazerku dan perlahan lahan kubuka kancing kemeja putihku satu persatu sampai terlepas seluruhnya sehingga bra hitam yang kukenakan tampak jelas terlihat. Sementara lengan Suryo mulai memegang pinggangku dari belakang, sambil tetap mengikuti gerakanku. 


Aku terus terhanyut dengan alunan musik yang menghentak hentak itu, sesekali ku angkat kedua tanganku ke atas, meraih rambut panjangku dan menariknya ke arah belakang sambil tetap menggerak gerakkan tubuhku, tiba tiba aku tersadar saat tangan Suryo berusaha melepaskan braku. "Apa apan kamu Yo..!!" jeritku sambil mendekap dadaku, saat itu kancing belakang braku sudah terlepas, perbuatan Suryo itu langsung menyadarkanku dari pengaruh wine dan suasana pesta. "Brengsek kamu.. Apa yang kamu lakukan..?" teriakku sambil berusaha merapikan kembali kemejaku.

Tapi sepertinya Suryo tidak mengindahkan teriakanku, tangannya dengan sigap langsung memeluk tubuhku dari belakang, membuat aku tidak bisa meronta dan melepaskan diri dari himpitan tubuhnya, sementara sebelah tangannya merenggut paksa bra yang kukenakan hingga terlepas dan jatuh ke lantai, sehingga kini tubuh bagian atasku terlihat jelas dan menjadi tontonan untuk teman- temanku yang langsung menyambutnya dengan sangat antusias. 

"Suryo..!! Hentikan.. Lepaskan saya.. Kurang ajar.. Kamu..!!" jeritku sambil terus meronta dari himpitan dan pelukannya, tapi Suryo malah makin beringas, dia malah menarik dan menyeretku ke arah belakang panggung, di tempat ini sinar lampunya lebih redup dan agak tersembunyi dari pandangan teman temanku, tangannya dengan buas terus meremas remas ke dua buah dadaku, sementara mulutnya juga terus menciumi sekujur leherku, aku masih terus menjerit jerit dan meronta, tapi Suryo tetap saja tidak menghentikan perbuatannya, malah dia semakin nekat. "Kamu sebaiknya diam aja, daripada nanti gua perkosa beneran..!!" bentaknya, dengan nada galak. Otakku buntu, mendengar ancamannya, aku tak mampu berpikir lagi bagaimana caranya untuk menghindar dari cengkeraman Suryo. 

Mungkin ini juga karena kesalahanku. Karena terlalu terhanyut dengan suasana pesta, keluhku menyesali kebodohanku sendiri. Aku masih mematung ketika mulutnya mulai menciumi Buah dadaku dan lalu mengulum putingku. Sementara tangan kirinya meremasi buah dada kananku. Aku benar-benar bagai boneka yang diam saja, padahal bahaya mengancamku. Hanya ada satu rasa.. 

Ketakutan yang amat sangat. Sampai saat Suryo menyingkapkan rokku ke arah atas dan mulai meremasi buah pantatku, Aku masih tak mampu bereaksi. Bahkan tanpa kusadari tubuh bagian bawah Suryo sudah mulai menggesek gesek daerah sekitar selangkanganku. Tapi ketika dia mulai memelorotkan celana dalamku dan bersiap menghujamkan batang penisnya ke selangkanganku, Aku terkesiap, mendadak kesadaranku pulih. Aku berontak keras, sekuat tenaga melepaskan dari dekapannya.

"Jangan jangan..!! Lepaskan..!! Saya masih perawan Yo..!!" jeritku panik dan ketakutan, sambil kugerakkan tubuhku ke arah depan, menjauhkan vaginaku dari batang penisnya. "Diam Vit..!! Layani gua baik-baik, atau gua paksa..!!" ancam Suryo. Aku tetap berontak. "Kalau nggak mau diam gua tampar lu" "Hentikan.. Atau saya laporkan ke teman-teman!!" bentakku tegas. Mendadak Aku punya kekuatan untuk membentaknya, tiba tiba pelukannya mengendor. Kugunakan kesempatan ini untuk melepaskan diri. Suryo tidak mencoba menahanku.

Aku berhasil lepas! "Kamu cantik.. Dan Tubuhmu bagus.." guman Suryo. Aku cepat-cepat mengenakan kembali celana dalamku yang melorot dan membereskan pakaianku, kini Suryo yang mematung. Matanya tajam memandang ke arahku. "Baiklah.. Gua minta maaf untuk kejadian ini.. Habis kamu cantik sekali sih Vit, gua jadi lupa diri.." Aku diam. "Kamu masih mau jadi temanku kan?" Aku tetap diam sambil memandangnya dengan penuh kemarahan. 

"Saya enggak akan mengganggu kamu lagi Vit, tapi sebenarnya saya sudah tertarik dengan kamu dari dulu" Aku makin jijik mendengar kata katanya. "Oke, saya tunggu sampai kamu bersedia melayani gua tanpa gua paksa..!!" ujarnya kesal, sambil berjalan menjauh dari tubuhku, aku sempat menarik nafas lega. Tapi tiba-tiba Suryo menyergap dan memegang kedua bahuku dan lalu mencium bibirku. Aku sangat kaget mendapat serangan tak terduga ini, aku kontan berontak.

Tapi Suryo malah memelukku lebih kencang. Sehingga aku Makin tidak dapat bergerak. Dia semakin mempererat pelukannya. Aku menyerah, toh dia hanya menciumku. Dilumatnya bibirku dengan ketat, Aku diam membiarkan, tak berreaksi. Bibirnya melumat habis bibirku, Aku masih mematung, tak membalas lumatannya juga tak berdaya untuk melepaskannya Lalu lidahnya mulai menyapu-nyapu bibirku dan diselipkan ke mulutku. 

Aku merinding. Baru sekali ini bibirku di lumat oleh lawan jenis dan tiba tiba aku kembali dilanda oleh ketakutan yang amat sangat. Tangan kanannya membuka kembali kancing kemejaku, lalu telapak tangannya merabai bulatan buah dadaku. Tubuhku bergetar karena ketakutan dan Aku mulai kembali meronta. Dadaku serasa sesak dan sulit bernafas karena lumatan mulutnya di bibirku. 

Dengan cepat seluruh kancing kemejaku kembali dilepaskannya sehingga tubuh bagian atasku kembali terbuka. Kemudian Suryo memutar tubuhnya, sehingga posisinya kini kembali berada di belakangku, lalu dia mendorong tubuhku hingga rebah ke atas meja yang di gunakan untuk meletakkan alat alat sound system, Entah kenapa Aku merasa tubuhku tiba tiba lemas. Demikian pula ketika Suryo mulai menindih tubuhku dari arah belakang. Tangannya menyingkapkan kemejaku ke atas dan lidahnya mulai menjilati sekujur punggung dan pundakku, sementara satu tangannya meraih buah dadaku dan meremasnya dengan kasar. 

"Lepaskan..!! Tolong.. Tolong..!!" teriakku sangat ketakutan ketika tangannya bergerak menyusup ke sela sela rok-ku, kemudian jari- jarinya menyusup ke balik celana dalamku dan menggosok-gosok selangkanganku. Aku terus meronta dan berteriak minta tolong, sampai tenggorokanku serak tapi sepertinya teriakkanku tertelan oleh suara hingar bingar musik. Tiba tiba Suryo dengan sigap menyingkapkan rok ku dan langsung memelorotkan celana dalam yang kukenakan sampai sebatas lutut. "Jangan..!! Tolong..!! Jangan perkosa saya..!!" jeritku panik karena merasa vaginaku sudah tidak tertutup dengan apa apa lagi, sambil makin memperkuat rontaanku, Dan berusaha mengatupkan ke dua belah pahaku sekuat tenagaku. Aku masih terus menjerit dan meronta sekuatnya ketika dia dengan paksa berhasil membentangkan pahaku lebar- lebar. 

Aku makin menjerit histeris dan putus asa saat ku rasakan batang penisnya mulai menempel di selangkanganku. Detik berikutnya penis hangat itu telah menggosoki vaginaku.. Saat berikutnya lagi benda hangat itu terasa tepat menekan bibir vaginaku.. Lalu kurasakan tekanan.. Sehingga bibir vaginaku terasa sesak.. Aku tersentak.. Secara refleks pahaku menutup, tapi Suryo berhasil membukanya lagi dan mencoba menusukan batang penisnya lebih dalam lagi. "Oh.. Ini tidak boleh terjadi..!!" pikirku. 

Aku mengatupkan pahaku lagi. Tapi, seberapalah kekuatanku melawan Suryo yang telah di liputi nafsu bejad ini? Kedua belah tangan kuatnya menahan katupan pahaku dan batang penisnya mulai menekan lagi. Tangannya boleh menahan pahaku, tapi Aku masih punya ruang untuk menggerakkan pinggulku dan membawa hasil, batang penisnya terpeleset! Tapi itu malah membuat Suryo menjadi lebih penasaran, dengan kasar dibukanya lagi pahaku lalu dia mulai mengarahkan batang penisnya langsung ke liang vaginaku, kemudian ditekannya kuat kuat, dan.. Ohh.. Kurasakan benda hangat itu mulai menusuk. Rasanya kepala penisnya telah masuk. Pegangan tangannya pada pahaku kurasakan mengendor.. 

Kugunakan kesempatan ini untuk menutupkan pahaku kembali. Tapi tekanan tusukannya tak berkurang, justru bertambah, sehingga batang penisnya tak lepas dari liang vaginaku. Malahan seolah aku menjepit kepala penisnya yang telah masuk itu. Rasanya Aku mulai menyerah, tak ada gunanya melawan Suryo yang sudah di liputi oleh nafsu bejadnya itu, aku sudah tidak mampu berontak lagi untuk mempertahankan kehormatanku. Air mataku meleleh.. Aku menangis. Tapi, tiba tiba Suryo dengan cepat menarik batang penisnya lalu tubuhnya rebah di atas tubuhku. Detik berikutnya kurasakan cairan hangat membasahi punggung dan rok hitamku yang tersingkap.

Aku sedikit lega, rupanya Suryo telah keluar.. Walaupun belum penetrasi. Belum? Tepatnya belum sempurna. Aku yakin baru kepala penisnya saja yang masuk. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa tadi memang belum terjadi sesuatu. Suryo gagal memaksakan kehendaknya untuk memperkosaku, aku sangat bersyukur karena kegadisanku masih utuh dan tidak berhasil di renggut oleh Suryo.

Hanya sebentar dia menindih tubuhku, Suryo lalu bangkit. Merapikan kembali pakaiannya dan pergi meninggalkanku, tanpa berkata sedikitpun. Aku pun langsung berdiri, dengan tangan masih gemetar, buru buru ku bereskan letak pakaianku, lalu bergegas menuju pintu keluar, aku tidak mempedulikan lagi sapaan teman temanku, tujuanku hanya satu.. Ingin cepat cepat pulang..

Aku makin mempercepat langkahku menuju ke arah mobilku yang ku parkir di ujung bangunan ini, buru buru kuambil kunci mobil dari tasku dan langsung membuka pintu mobil saat tiba tiba muncul dua orang laki laki dari mobil yang di parkir di belakangku. "Oh..!!" Aku Kaget bukan kepalang, tapi terlambat untuk berteriak ketika salah seorang diantara mereka langsung menyergapku dan membekap mulutku, aku hanya bisa melihat yang berdiri di depanku adalah Suryo, dia menyeringai ke arahku, sepertinya dia tidak terima dengan kegagalannya tadi. Sementara yang seorang lagi aku tidak tahu.

Kemudian dengan mulut yang masih terbekap mereka menyeretku dan memaksaku masuk ke sebuah mobil minibus milik mereka, kulihat bangku bangku mobil itu sudah di rebahkan, hingga rata, membuat orang yang membekap mulutku, leluasa untuk menarikku ke arah dalam. Lalu tanpa bersuara Suryo langsung masuk dan menutup pintu mobil. Tiba-tiba Aku sadar akan bahaya yang kembali mengancamku. Celaka..!! "Jangan..!!" gumanku. "Sstt.." jawab Suryo sambil memberi tanda menyilangkan jari di bibirnya dan mendekatiku. Kedua tangannya memegang bahu kanan kiriku. 

Lalu sebelah tangannya membelai pipiku. "Vita.." panggilnya dengan suara pelan. Membuat Lidahku langsung kelu. "Gua minta kamu rela dan jangan melawan..!!" jarinya merabai bibirku. "Jangan..!!" jeritku saat aku berhasil melepaskan mulutku dari bekapan temannya. Tapi jeritanku langsung terhenti karena bibir Suryo cepat menutup bibirku dan lalu melumatnya dengan kasar. Kedua belah tangannya merangkul tubuhku.

Aku dipeluknya erat sekali. Sementara kedua tanganku di pegang dengan erat oleh temannya. Aku berhasil melepas ciuman, tapi tak mampu melepaskan rangkulannya. "Kumohon..!! Jangan" kataku mengiba. Dadaku diremasnya. Aku menjerit. Tangannya pindah ke pantatku, diremasnya pula. Aku makin menjerit. Masih sambil memeluk tubuhku Disingkapkannya rok ku dan Suryo langsung memelorotkan celana dalamku. Gerakan yang tiba-tiba dan tak terduga ini gagal kucegah. Lalu Suryo bergerak membenamkan wajahnya di antara selangkanganku.

Kututup pahaku hingga menjepit kepalanya. Gerakanku membuat Suryo langsung bangkit melepaskan jepitan pahaku. "Brengsek kamu Vit..!! Mau di kasih enak kok ngelawan terus..!! Nikmati aja..!!" "Jangan..!!" kataku setengah menangis. "Sekali ini saja, sesudah itu saya tidak akan ganggu kamu lagi, Vit..!!" Lalu tangan Suryo kembali membuka pahaku. Percuma. Sia-sia saja melawan gerakan Suryo yang kuat apalagi ku rasakan cengkeraman di kedua tanganku makin erat, membuat aku semakin putus asa, akhirnya Kubiarkan suyo menjilati liang kewanitaanku.

Aku merasa amat malu dan terhina di perlakukan seperti ini Tapi Aku hanya bisa menangis dan pasrah. Semoga dia tidak sampai memperkosaku.. Aku muak di perlakukan seperti ini, tapi Aku tak berdaya melawannya. Aku benci..!! Aku menyesali diriku sendiri yang tak berdaya melawan, dalam keadaan frustasi begini apa yang bisa kulakukan selain menangis..

Apalagi kini Suryo telah membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang sudah tegang dan keras, benda yang pernah sebentar memasuki liang kewanitaanku dan kini akan memasukinya lagi. Tangisanku yang sesenggukan tidak menghentikan gerakan Suryo yang sudah membentangkan pahaku dan siap menusukan batang penisnya.

Suryo kemudian merangkak dan mulai menindihku. "Jangan..!!" gumanku lemah, saat Suryo mulai melepaskan kancing kemejaku, aku masih sesenggukan. "Sekali ini saja.. Vit.!!" "Lepaskan saya..!!" pintaku memelas sambil terus menangis saat Suryo mulai menciumi dan mengulum putting buah dadaku. "Buah dada kamu besar padat sekali.. Sungguh indah" sambungnya sambil terus mengulum payudaraku kiri dan kanan.

"Kamu cantik sekali.. Vit..!!" katanya lagi sambil tangannya terus meraba dan menggerayangi seluruh tubuhku. " Itulah kenapa tadi gua cepet keluarnya..!!" Akunya. Aku hanya bisa diam sambil terus menangis menerima seluruh perlakuannya. "Oke, sekarang jangan nangis lagi ya.. Gua sekarang akan benar benar memperkosa kamu..!!" Aku kembali menjerit histeris dan putus asa mendengar kata- katanya. Lalu Suryo bangkit.

Dibukanya pahaku lebar-lebar, kemudian dia mengambil posisi di antara ke dua belah pahaku, siap untuk menghujamkan batang kemaluannya ke dalam liang vaginaku.. "Jangan.. Lepaskan..!!" jeritku sambil terus meronta, ku lejang- lejangkan ke dua kakiku, berusaha menyingkirkan tubuhnya dari selangkanganku. Tapi Suryo malah makin menusukan batang penisnya sehingga kepala kemaluannya masuk di antara bibir vaginaku. Di tekannya lagi sambil membentang pahaku lebih lebar. 

Perlahan batang penisnya menyeruak lebih dalam. Aku terus berharap agar Suryo tidak kuat, lalu segera mencabut batang penisnya dan menumpahkan cairan spermanya di luar liang vaginaku seperti kejadian yang baru lalu tapi harapanku meleset.. Suryo terus menekan batang penisnya, memaksanya masuk ke dalam liang vaginaku yang sempit.. 

Mataku terpejam menunggu Tekanan selanjutnya, dan tekanan batang penisnya kurasakan semakin kuat, mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Bukan sakit lagi yang kurasakan tapi ngilu yang tak tertahankan. Sehingga tanpa sadar kepalaku terlempar ke kiri dan ke kanan. "Aduuh.. Sakitt..!!" jeritku terengah engah. Lalu pinggul Suryo membuat gerakan memompa.

Rasa ngilu makin mejalari sekujur tubuhku. Kuangkat kepalaku, Aku sempat melihat kepala penis Suryo timbul tenggelam seirama gerakan pompaannya. Pompaan kecil, hanya ujungnya saja yang keluar masuk. "Sakit..!!" jeritku.. Sambil terus meronta. Lalu kurasakan Suryo menambah tekanannya. Kembali kurasakan ngilu dan sakit yang amat sangat di selangkanganku. "Aauuff" seruku. "Sakit..!!" jeritku saat kurasakan ada yang terkoyak di dalam liang vaginaku.

Rasa perih langsung melanda di seluruh kemaluanku, kedua tanganku mengepal dengan keras, tubuhku menegang dan mataku melotot. Aku sampai menggigit bibirku sendiri, karena tidak sanggup menahan ngilu dan perih saat kegadisanku direnggut paksa.. Kulihat lagi ke bawah. Separuh batang penisnya telah tenggelam di selangkanganku. Suryo benar- benar telah memasuki tubuhku. Suryo benar-benar telah memperkosaku..!! Merenggut keperawananku. 

Suryo mulai memompa lagi, kini pompaannya semakin cepat. Rasa sakit makin menjadi jadi. Dan ketika dia menekan lebih kuat lagi, rasa sakit yang kudapat. Makin tak terhingga bercampur dengan dengan rasa ngilu. Sampai akhirnya seluruh bagian tubuh Suryo telah menindih ketat ke tubuhku. 

Pada saat Suryo berhenti memompa, kulihat bulu-bulu kelamin kami memang telah saling menempel ketat. Batang penisnya telah seluruhnya tenggelam di dalam liang vaginaku tubuhnya rebah menindihku, kedua belah tangannya menyusup ke punggungku dan memeluk kuat tubuhku. Perlahan pinggulnya mulai memompa. Naik-turun dan kanan- kiri.

Kadang diputar. "Ooh.. Kamu benar-benar masih sempit Vita..!!" bisiknya dekat telingaku. Dia benar-benar telah menyetubuhiku. Aku hanya memejamkan mata sambil terus menangis sesenggukan, tidak sanggup menatap wajah pemerkosaku.

Kuharap penderitaanku ini segera selesai, aku berharap Suryo segera mencapai orgasme dan melepaskan batang penisnya dari liang vaginaku, sehingga rasa sakitku pun bisa segera sirna. Tapi harapanku kembali meleset. Sudah belasan pompaan tak ada tanda-tanda Suryo akan menyudahi perkosaanya, justru hunjaman batang penisnya makin menjadi jadi di dalam liang kemaluanku.

Suryo terus memompa tubuhku dan terus memperkosaku tanpa peduli dengan aku yang terus menjerit jerit kesakitan.. Tiba tiba Suryo mengangkat punggungku dan mempercepat gerakannya. "Ohh.. Sempitnya vagina kamu Vit..!!" dekapannya di punggungku makin erat sambil menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku. 

Tubuhnya diam memeluk tubuhku.. Beberapa saat kemudian tubuhnya bergetar. "Jangann..!!" jeritku panik saat sadar dia akan berejakulasi di dalam liang rahimku.. Tapi terlambat, bersamaan dengan itu aku merasakan cairan hangat menyemprot dan membanjiri liang vaginaku. "Ooh.. Vit.. Tubuh kamu indah sekali.." bisiknya di dekat telingaku sambil masih terengah. Aku diam.

Pipiku diciumnya, lalu... "Vaginamu.. Nikmat banget.." Aku masih diam. "Sempit sekali Vit.." Tiba-tiba Aku tersadar. Ucapan ucapannya membuat aku ingin muntah. Dalam diriku tiba-tiba muncul rasa benci. Benci kepada diriku sendiri kenapa harus mengalami kejadian ini. Juga benci kepada tubuh Suryo yang menindihku, aku marah. Darahku mendidih. Aku berontak.

Dengan sekuat tenaga Aku lepas dari dekapan Suryo dan tubuh itu terguling dari badanku. Aku berusaha membuka pintu mobil dan melarikan diri, tapi teman Suryo langsung menangkapku, langsung menggumuliku. Dan aku kembali di perkosa.. Entah sudah berapa kali aku di gilir oleh mereka malam itu.. Sampai akhirnya aku tidak sadarkan diri.

Esok paginya aku terbangun, dan aku sudah berada di dalam mobilku sendiri.. Tapi aku tahu.. Kejadian semalam bukan mimpi, karena rasa sakitnya masih kurasakan menjalari seluruh tubuhku. Aku hanya bisa menangis dan meratap, menyesali kejadian yang menimpa diriku..

END
DISINI


Cerita Tante: Tante Rahayu


Cerita Dewasa , Tante Rahayu dan temannya - Kepada para pembaca yang belum kenal denganku, kuperkenalkan diriku dulu yach. Aku adalah penulis Gairah Sesama Jenis dan Tante Rahayu. Berikut adalah kisahku yang lain yang juga berhubungan dengan Tante Ayu. Setelah hubungan seksku dengan Tante Ayu, aku pernah juga memulai dengan teman pria, namun entah, menurutku kok rasanya biasa-biasa saja.

Saat itu hari Sabtu siang, ketika Tante Ayu sedang ada di Jakarta dan ia meneleponku (mungkin no.HP-ku, ibuku yang memberikan), untuk datang ke sebuah motel kecil di daerah Tebet, karena ada suatu hal yang penting katanya. Aku saat itu tidak yakin Tante Ayu ingin mengajakku 'bermain', karena biasanya Tante Ayu bilang terus terang (jika ia memang ada di Jakarta) hasratnya memang butuh pelampiasan. Namun dari tempat pertemuannya aku yakin ia ingin 'bermain' karena motel tersebut adalah salah satu tempat orang sering bercinta.

Setelah sampai di Motel R**** (edited), yakni di samping Universitas Sahid Tebet, aku bertemu Tante Ayu di lobby (yang sangat kecil). Ketika aku sampai di kamar tante Ayu, barulah aku tahu kenapa ia tidak berterus terang karena di kamarnya ada tamu, seorang wanita, dan Tante Ayu pun memperkenalkannya kepadaku, namanya Tante Santi.

Orangnya sangat cantik, tipe wanita karier. Dengan hidungnya yang mancung, bibirnya yang sensual, rambutnya yang sebahu, wajah Tante Santi boleh dibilang benar-benar mirip sekali dengan salah seorang penyiar yang pernah kulihat di TVRI, kalau tidak salah yang namanya Gina Sonia (mohon maaf.. ini hanya sekedar perbandingan saja). Selain itu Tante Santi juga memiliki tubuh yang tinggi dan langsing, benar-benar menambah kecantikannya, dan pada saat itulah fantasiku mulai merana, untuk bermain bertiga yakni aku, Tante Ayu dan Tante Santi.

Singkat cerita, kami bertiga ngobrol-ngobrol cukup lama, sampai akhirnya Tante Ayu memperingatkan Tante Santi, "Oh iya San, katanya kamu bawa oleh-oleh buat Sari.." katanya. "Oh iya, aku sampai lupa.." Rupanya Tante Santi memberikan sebuah hadiah, yang katanya sich sebagai hadiah perkenalan. Setelah kubuka, rupanya Tante Santi membelikan sebuah gaun pesta yang indah sekali dengan model bagian atas bahu terbuka, yang hanya digantung dengan tali kecil. Menurutnya ia membelikan ini atas saran dari Tante Ayu.

Setelah aku berterima kasih, akhirnya aku pun disuruh mencobanya di depan mereka. Aku sih menurut saja. Aku mulai membuka pakaianku, tapi Tante Ayu memaksaku untuk melepaskan bra-ku juga karena nanti jadi tidak bagus jika memakai gaun itu karena akan kelihatan, katanya. Sebenarnya aku agak risih juga karena di kamar ada Tante Santi, namun karena Tante Ayu memaksa (dan memang keinginanku untuk ML dengan Tante Santi), yah kuturuti saja. Aku membuka bra-ku sambil membelakangi mereka, namun kurasa Tante Santi juga bisa melihat buah dadaku lewat cermin besar di depanku. Setelah mencoba gaun itu beberapa saat, aku pun melepaskannya.

Namun alangkah kagetnya aku begitu gaunku terbuka, Tante Ayu menarik tanganku dan memelukku dari belakang sambil menciumi leherku, dan tangannya meremas-remas buah dadaku. Edan!, masa Tante Ayu melakukan ini di depan temannya sich, aku benar-benar heran. Sebenarnya aku malusekali dikerjai di depan Tante Santi (walau aku mau), mau protes, tapi nggak bisa, tapi tampaknya Tante Santi tidak terkejut sedikitpun.

Tak berapa lama Tante Ayu berkata, "Sar.. boleh kan kalau Tante Santi ikut bergabung..?" Aku yang ketika itu, birahiku sudah naik karena diperlakukan begitu, hanya mengangguk saja sambil malu-malu. Sambil tersenyum, Tante Santi pun langsung mendekatiku sambil bilang, "Sar.. boleh kan Tante ikutan..?" Sekali lagi aku hanya mengangguk malu-malu.

Tante Santi mulai mengecup bibirku, lalu memainkan lidahnya, setelah itu dijilatinya leherku terus ke bawah ke dadaku, dijilat dan diisap-isapnya puting susuku, aku menggelinjang-gelinjang kegelian. Jilatan Tante Santi turun lagi, ke perutku. CD-ku diloloskannya ke bawah, sementara Tante Ayu tetap memelukku sambil meremas buah dadaku dari belakang. Tante Santi mengangkat kaki kananku, sehingga pahaku menumpang di pundaknya, lalu ia mulai menjilat kemaluanku, "Aduh gelinya.." Dengan semangat Tante Ayu menjilati klitorisku, dan kadang-kadang dimasukkan lidahnya ke dalam liang senggamaku, menjilati semua yang ada di dalamnya. "Aaahh.." aku menggelinjang-gelinjang kegelian dan keenakan, lututku lemas sekali, aku sampai tak kuatberdiri, tubuhku serasa melayang, namun Tante Ayu memelukku dari belakang hingga aku tidak merosot ke bawah. Aku bahkan sampai tidak dapat merasakan kaki kiriku menyentuh tanah.

Beberapa menit aku diperlakukan nikmat, namun agaknya Tante Ayu kasihan melihat keadaanku, lalu digendongnya tubuhku, sambil ketawa-ketiwi mereka berdua membaringkan tubuhku terlentang di atas ranjang. Aku tidak dapat mengungkapkan perasaanku, tapi yang jelas karena permainan dihentikan sementara, aku jadi seperti kebingungan karena birahiku sudah sangat tinggi, ingin segera dilanjutkan rasanya. Namun mereka tampaknya malah menurunkan tempo permainan, menggantinya dengan yang lain. Tante Ayu menjilatiku dari atas, dari wajahku terus sampai buah dadaku. Dan Tante Santi menjilatiku dari ujung kaki, terus.. ke betisku.. ke pahaku.. dan akhirnya sampai ke selangkanganku.

Aku rasanya jadi semakin gila diperlakukan begini. Untunglah mereka tahu akan hal ini, Tante Ayu kembali meremas-remas, sambil menjilati dan mengisap-isap puting buah dadaku. Dan Tante Santi kembali menyerang liang senggamaku dengan buasnya. Dengan buasnya mereka berdua menikmati tubuh mungilku ini. "Aaahh.." rasanya seperti melayang di awan. Entah aku tak bisa berpikir apa saja yang dilakukan mereka kepadaku. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan yang amat sangat, kegelian yang luar biasa enak dari buah dadaku yang dikerjain Tante Ayu, dan yang terutama dari klitorisku dan dari dalam kemaluanku, yang dikerjain Tante Santi habis-habisan. Seluruh tubuhku rasanya bergelinjang semua.

Akhirnya aku tak kuat lagi menahannya, rasa seperti ingin pipis tiba-tiba menyerangku, aku ingin menahannya, tapi tak kuat rasanya dan, "Aaahhgghh.." aku menjerit kuat. Keluarlah semua, nikmatnya selangit, perasaanku seperti melayang-layang.. "Nikmaat sekali.." Tante Santi dengan rakus tampaknya menyedot apa saja yang ada dalam kemaluanku, sampai tubuhku lemas.

Kemudian aku diberinya istirahat beberapa menit, tapi kemudian mereka kembali menjalankan aksinya. Tante Santi mengatakan kepadaku bahwa ia bisa membangkitkan semangatku kembali. Lagi-lagi aku harus pasrah saja. Sementara Tante Ayu mengusap-usap buah dadaku, Tante Santi mulai memijat telapak kakiku, aku merasa enak dan nikmat, lalu tanpa segan-segan, Tante Santi dengan nafsu menciumi dan menjilati telapak kakiku yang mulus, "Iiihh.. geli rasanya.."

Setelah ia puas, aku disuruhnya telungkup. Tante Ayu memijat punggungku, dan Tante Santi kembali memijat telapak kakiku, terus ke atas.. ke betis.. dan ke buah pantatku. Tiba-tiba dengan nakalnya jari Tante Santi masuk melalui celah pantatku mengoles bibir kemaluanku, "Aaahh..!" aku menjerit kaget, dan mereka kembali ketawa-ketiwi lagi. Lalu melalui celah pantatku itu tangan Tante Santi mulai membelai-belai kemaluanku dari belakang, "Aaah.. nikmatnya.."

Mungkin mereka tahu jika nafsuku sudah bangkit kembali, mereka mulai melakukan permainannya kembali. Tante Santi bangkit dari tempat tidur, dan mengambil sesuatu dari tasnya, Wah rupanya peralatan-peralatan perang, rupanya itu adalah penis karet, lalu ada penis yang ada talinya, dan semacam penis yang bisa bergetar yang kemudian baru kuketahui namanya vibrator.

"Sar, apa kamu sudah pernah coba pakai yang seperti ini..?" tanya Tante Santi.

"Ng.. belum Tante," sahutku.

Tanpa basa-basi lagi mereka segera memulai permainan. Mereka berdua melepaskan seluruh pakaiannya sehingga aku bisa melihat tubuh Tante Santi yang seksi dan mulus sekali. Kali ini Tante Ayu berbaring di atas ranjang, namun aku juga disuruhnya berbaring terlentang di atas tubuhnya, sehingga Tante Ayu bisa dengan leluasa meremas-remas buah dadaku. Tante Santi mencium lalu melumat bibirku, mengulumnya, dan memainkan lidahnya. Kemudian ia mulai melanjutkan ke bagian bawah, ke kemaluanku. Dijilatinya klitoris dan kemaluanku sampai basah. Lalu diambilnya penis karetnya, digosok-gosokannya dulu ke kemaluanku, setelah itu baru perlahan-lahan ia mulai memasukannya. "Aaakhh.." susah juga masuknya, karena walaupun telah basah, tapi memang masih sempit.

Setelah berhasil masuk setengahnya, Tante Santi mulai mengocoknya perlahan, makin lama makin cepat, sambil jarinya mengesek-gesek klitorisku, "Aaahh gila enaknya.." Membuatku kembali orgasme. Namun itu tak menghentikan permainannya, kembali aku dirangsangnya oleh mereka dengan jilatan-jilatan. Kali ini Tante Santi rupanya ingin mencoba penis yang ada talinya, sehingga bisa diikat ke pinggang dan selangkangannya. Aneh dan lucu memang, sepertinya Tante Santi memiliki penis betulan. Kali ini dikangkangkannya kakiku dan Tante Santi mulai memasukan penis karetnya ke kemaluanku, dan mulai memompanya. Kelihatan sepertinya Tante Santi sedangmenyetubuhiku. Ia terus mengocok kemaluanku sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan erotis, sampai akhirnya aku tidak tahan lagi dan kembali orgasme.

Sebenarnya aku sudah lemas, namun mereka merayuku agar aku mau mencoba alatnya yang terakhir. (Ah, aku jadi seperti kelinci percobaan, tapi memang nikmat sich). Dengan rayuannya akhirnya aku mau saja mencoba yang terakhir, katanya penis yang memakai vibrator. Kembali mereka membangkitkan birahiku, memang luar biasa sekali pengalaman mereka tampaknya. Setelah menjilatikemaluanku, Tante Santi mulai memasukkan penis itu, aku tak tahu apa yang akan terjadi, kukira seperti tadi saja rasanya. Tapi begitu penis karet itu sudah masuk semua ke dalam kemaluanku, Tante Santi mulai menyalakan vibratornya (penggetarnya). "Aakkhh..!" Aku benar-benar tersentak kaget, rasanya geli sekali, benar-benar dahsyat, apalagi ditambah dengan gesekan jari Tante Santi pada klitorisku. "Ampuunn.." Aku menggelinjang-gelinjang, kelojotan kesana-sini karena saking tidak tahannya aku, dan rupanya Tante Ayu yang mendekapku dari bawah sudahmengaturnya, sambil memelukku erat, kedua kakinya, mengangkangkan kedua kakiku, dan masing-masing kakinya mengapit masing-masing kakiku, sehingga kakiku tetap terbuka mengangkang, dan aku tidak bisa mengapitkan kedua pahaku walaupun sangking gelinya.

Penis itu bergetar di dalam kemaluanku, dan bahkan bisa berlenggak-lenggok, meliuk-liuk di dalam. "Gilaa.. ini benar-benar kenikmatan yang paling hebat yang pernah kualami. Aku menjerit-jerit bagai kesurupan, "Aaakkhh.. Tantee.." Namun semakin lama Tante Santi malahan semakin cepat mengocokkan penis vibrator tsb di dalam kemaluanku, dan juga mempercepat gesekan jarinya di klitorisku. "Aaakkhh..! Gilaa.. Ampuunn.." aku benar-benar tidak tahan, perasaan mau pipis yang kali ini muncul sangat dahsyat, hingga akhirnya tubuhku yang kelojotan tiba-tiba mengejang dengan amat kuat, dan, "Aaaggkkhh.." meledaklah kenikmatan yang amat dahsyat, amat luar biasa, puncak kenikmatan yang tak dapat terlukiskan, dunia serasa berputar-putar, aku serasa melayang-layang, tulang-tulangku terasa lolos hingga akhirnya lemas lunglai seperti selembar kertas.

Masih sempat kulihat mereka berdua bercanda sambil berebutan menjilati cairan kemaluanku baik yang masih tertinggal di dalam kemaluanku yang dijilat sambil disedot-sedot, yang berlelehan keluar, bahkan yang berlelehan di batang penis vibrator itu.

Akhirnya aku tidur dalam pelukan Tante Ayu dan Tante Santi. Tante Ayu memelukku erat dari belakang, dan Tante Santi memelukku erat dari depan, sesekali mereka dengan mesra dan gemas menciumiku. Dengan tubuh yang sangat letih dan lemas, tidur dalam pelukan mereka rasanya lembut, hangat dan luar biasa. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah kulupakan.

TAMAT
DISINI


Cerita Tante Adu Kepiting


Cerita Tante Adu Kepiting - Aku Anis, kembali akan menyumbangkan suatu kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah lalu tinggal di suatu daerah pegunungan yang jauh dari keramaian dengan harapan agar mereka bisa terhindar dari pergaulan, bahaya lalu lintas dan kesalahpahaman dengan orang lain. Di samping itu, ia juga menghindarkan istrinya dari gangguan laki-laki lain yang menyukainya karena istrinya sangat cantik sehingga jadi rebutan di kampung asalnya. Mereka berdua hidup dalam kesunyian, namun ia tidak kesulitan makanan karena selain ia berkebun dan bertani, juga ia rajin ke sungai untuk menangkap ikan sebagai lauknya.

Beberapa bulan kemudian, sang istri mulai mengidam, sehingga membutuhkan makanan tertentu sesuai selera dan keinginannya sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang mengidam. Suatu hari, sang istri tampak tidak enak perasaannya dan selalu emosi akibat pengaruh dari janin yang dikandungnya. "Mas, boleh ngga minta tolong sama kamu?" tanya sang istri lembut. "Soal apa dinda?" sang suami balik bertanya dengan lembut pula. "Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan aku?" "Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti ini?" kata sang suami. "Tolong cari donk. Berusahalah. Pasti Mas bisa menemukannya. Kalau aku nggak masalah, tapi yang ini nih," desak sang istri sambil menunjuk janin yang ada dalam perutnya. Setelah lama didesak, akhirnya sang suami pergi juga meninggalkan rumah untuk mencari kepiting. 

Dia berjalan mengelilingi hutan dan naik turun dari gunung yang satu ke gunung yang lainnya, bahkan menelusuri beberapa sungai-sungai kecil yang ada di tengah hutan. Ketika ia menemukan sebuah sungai yang agak deras airnya, ia lalu turun dan mencoba mencari lubang-lubang yang ada di pinggirnya. Setelah ia menemukan suatu lubang yang agak besar dan dalam, ia lalu memasukkan tangannya ke dalam lubang itu. Bahkan mencoba mengeluarkan air dan lumpurnya hingga lubang itu bertambah besar dan dalam, sampai-sampai seluruh badannya bisa masuk. Suluruh tubuhnya basah kuyup dengan lumpur bercampur keringat karena ia merasa penasaran dan yakin sekali kalau dalam lubang itu ada kepitingnya. Dalam keadaan bermandikan keringat bercampur lumpur, ia mengkonsentrasikan diri hanya pada isi lubang itu, ia lalu membuka seluruh pakaiannya yang basah lagi kotor itu. 

Tiba-tiba ia mendengar suara kaki berjalan di air. Semakin lama kedengarannya semakin dekat, bahkan terdengar ada suara manusia yang sedang bicara, sehingga ia merasa sangat ketakutan karena selama ia tinggal di daerah itu belum pernah bertemu dengan orang lain kecuali hanya istrinya. "Jangan- jangan orang itu adalah penjahat atau orang hutan", demikian pikirnya. Ia lalu masuk sekalian ke dalam lubang itu unutk bersembunyi dengan tanpa busana sehelaipun. Dalam keadaan menungging dengan pantat mengarah ke pintu lubang tersebut, ia melihat melalui selangkangannya, ternyata ada 4 betis berdiri hanya kurang lebih berjarak 30 cm dari pantatnya. Ia gemetar sangat ketakutan sehingga dengan tanpa sengaja kencingnya menetes keluar melalui kontolnya yang tergantung lemas. "Wah, ini ada buah-buahan langka dan kelihatan indah sekali" sang suami itu mendengar suara dari salah seorang yang kakinya kelihatan itu. 

Bahkan orang itu sempat meraba dan menarik-narik kontol sang suami yang disangkanya buah-buahan, sehingga sang suami itu semakin ketakutan hingga menyebabkan air kencingnya tambah banyak keluar. Ia tak mau bergerak karena takut diketahui kalau ia adalah manusia. "Buah apa itu teman?" tanya salah seorang dari mereka yang berdiri itu sambil ikut memegang dan menarik- narik buah tergantung itu. Tiba-tiba pantat sang suami mengeluarkan suara kentut sehingga kedua orang hutan yang berdiri itu mencium bau busuk. Lalu temannya menjawab.. "Mungkin inilah yang dinamakan buah busuk-busuk" lalu kedua orang itu sepakat meninggalkan tempat itu dan bermaksud memetik buah busuk- busuk itu setelah ia kembali dari menebang kayu di hutan. Setelah kedua orang hutan itu pergi, maka sang suami yang masuk ke lubang tadi segera keluar dan pulang terburu-buru ke rumahnya sambil menjinjing pakaiannya. 

Sesampainya di rumah, sang istri heran karena suaminya berlari terengah-engah tanpa mengenakan pakaian. "Kok begitu Mas. Ada apa? Kenapa lari seperti orang ketakutan? Mana kepitingnya?" Pertanyaan sang istri bertubi-tubi pada sang suami, namun ia tetap belum mampu menjawab karena sangat lelah dan ketakutan. "Mm.. maaf dinda, aku tidak berhasil menangkap kepitingnya" jawab sang suami dengan nafas terengah-engah. "Kenapa Mas? Ada masalah apa di sungai?" desak sang istri. "Anu.. Anu dinda. Sulit ditangkap karena lubangnya terlalu dalam. Besok saja yah," rayu sang suami pada istrinya. "Masa hanya kepiting tak bisa ditangkap. Kalau gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan saya yang akan menangkap kepitingnya" ujar sang istri tidak sabar Menjelang sore hari, sang istri berangkat ke sungai setelah mendapat petunjuk dari sang suami mengenai tempatnya. 

Meskipun sang suami tidak mengizinkan istrinya pergi agar jangan sampai bertemu dengan kedua orang hutan tadi, tapi karena tak mau cekcok dan membuat marah istrinya, maka dengan terpaksa dan was-was akhirnya ia mengizinkannya. Sesampainya di sungai tersebut, sang istri turun dan akhirnya menemukan lubang yang baru saja dimasuki suaminya. Ia juga merasa penasaran dan yakin kalau dalam lubang itu ada kepitingnya, sehingga buru-buru ia melepaskan seluruh pakaiannya agar tidak kotor lalu masuk ke lubang itu dengan posisi seperti posisi suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum sempat ia memasukkan tangannya ke luang-lubang kecil yang ada dalam lubang besar itu, tiba-tiba ia mendengar suara orang sedang bicara, bahkan kedengarannya berjalan menuju ke arahnya. "Wah, celaka teman. Kita didahului orang lain. 

Buah busuk-busuk itu sudah tidak ada di tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain dengan menggunakan pisau tajam. Ini buktinya" kata salah seorang dari mereka yang berdiri persis di dekat pantat sang istri itu sambil meraba, mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan sang istri karena dianggapnya sebagai bekas petikan/ potongan buah tadi. Kedua orang hutan itu tidak ragu lagi kalau baru 'buah' itu baru saja dipetiknya karena sewaktu ia meraba tempatnya, ia merasakan sedikit basah, berlubang dan halus seperti bekas potongan pisau tajam. "Untung saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun, sehingga mereka tidak curiga kalau itu adalah daging montok wanita yang sedang basah karena ketakutan sehingga mengeluarkan air kencing", demikian pikir sang istri. "Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat ini, karena bekas petikannya masih basah dan getahnya masih menetes" ajak salah seorang dari orang hutan itu. Akhirnya mereka segera pergi dan sepakat mencari orang yang dicurigai telah memetik buah busuk-busuk impian mereka itu. "OK, kita bagi sasaran. Kamu ke kiri dan aku ke kanan. Ia pasti masih berada di sekitar sini karena bau buah-buahan itu masih sangat terasa busuknya". 

Kata orang hutan yang satunya lagi seperti yang didengar oleh sang istri ketika keduanya baru saja meninggalkan lubang kepiting itu. Pikir sang istri, bau busuk itu tentunya adalah bau kentut. Setelah itu, sang istri terburu-buru keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil berlari menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, keadannya persis sama dengan keadaan suaminya ketika mengalami hal serupa. Ia tak mampu berkata-kata dan sulit ia menjelaskan kejadian tadi. Mereka saling menyembunyikan apa yang dialaminya di sungai tadi, meskipun dalam hati mereka saling curiga tentang kemungkinan kejadian yang sama. Keesokan harinya, sang suami bersama sang istri sepakat untuk berangkat bersama-sama ke sungai mencari kembali kepiting dengan keyakinan kalau kedua orang hutan kemarin itu tidak bakal lewat di situ lagi karena buah impiannya sudah dianggap tidak ada lagi. Keduanya langsung menuju ke lubang yang masih diyakini ada kepitingnya. "Mas, coba sekali lagi. Kamu saja yang masuk biar saya yang jaga di luar kalau-kalau ada orang yang melihat kita. 

Sebaiknya buka saja pakaiannya Mas biar tidak kotor" kata sang istri ketika mereka sampai di dekat lubang itu. Setelah sang suami masuk dengan posisi seperti semula dalam keadaan telanjang bulat, sang istri menyaksikan kontol suaminya sedang tergantung di selangkangannya sambil berpikir bahwa mungkin kontol suamiku inilah yang dikatakan oleh kedua orang hutan kemarin itu sebagai buah busuk-busuk, sehingga setelah ia melihat kemaluanku, ia lalu beranggapan kalau buah itu sudah dipetik. "Bagaimana Mas? Sudah dapat kepitingnya?" tanya sang istri pada suaminya sambil membungkuk untuk melihat keadaan suaminya dalam lubang. "Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan. Sabarlah sebentar dinda" "Ini kepitingnya Mas. Saya sudah menangkapnya" canda sang istri sambil memegang dan menarik-narik benda yang tergantung di selangkangan sang suami sambil tertawa terbahak-bahak.

Nampaknya sang istri tak mau melepas 'kepiting' yang ditangkapnya itu, malah ia semakin memainkannya, mengelus dan mengocoknya hingga kepitingnya itu semakin keras, membengkak dan membuat pinggul sang suami bergerak-gerak. "Sudahlah dinda. Jangan ganggu aku dulu. Kepitingku itu tak sulit ditangkap karena akan datang sendiri ke rumah, bahkan sebentar di rumah pasti kuserahkan untuk kamu makan sepuasnya" canda sang suami. Karena sang suami sudah tak tahan lagi dipermainkan kontolnya sementara sang istri tak mau berhenti memainkannya, malah nampak menginginkannya saat itu, maka sang suami memutuskan keluar dulu. "Kalau gitu kita gantian cari kepitingnya dinda. Aku kecapean" kata sang suami sambil keluar dari lubang itu dan digantikan oleh si istri setelah ia juga menelanjangi dirinya karena takut akan kotor pakaiannya. "Kamu yang jaga di luar yah Mas. Bilang kalau ada orang lain yang melihat kita, tapi jangan macam- macam loh..," kata sang istri. Setelah posisi sang istri sama dengan posisi sang suami tadi, tiba-tiba sang suami meraba-raba pantatnya lalu turun ke selangkangan dan terus ke kemaluan sang istri dan memainkannya seperti halnya ia dipermainkan tadi. 

"Wah, ini 'kepiting' betinanya sudah kutangkap dinda. Indah sekali dan pasti nikmat dimakan. Boleh aku makan dinda?" tanya sang suami sambil mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan istrinya yang sedang menungging dalam lubang. Sang istri tampak menikmatinya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya dalam lubang. Sementara sang suami yang sejak tadi terangsang dari dalam lubang tak mau berhenti memainkan, bahkan sesekali mencium dan menjilatinya lalu mengatakan kalau ia sedang memakan kepitingnya mentah- mentah. "Ayo Mas. Mana kepitingnya? Adu donk 'kepiting'nya dengan 'kepiting'ku" canda sang istri tapi tampak serius karena memang ia betul-betul sudah terangsang. Sang suami segera mengarahkan mulut 'kepiting'nya ke mulut 'kepiting' sang istri lalu mengadunya. Perlahan tapi pasti, kedua buah langka itu saling bersentuhan di mulut lubang kepiting. 

Mula-mula amat sulit masuknya karena 'kepiting' sang istri agak masuk ke dalam, namun karena sang istri mengerti dan memang membutuhkannya, maka pantatnya pun terdorong sedikit keluar sehingga berada di luar lubang hingga sang suami sangat mudah memasukkan kepala 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Suara yang ditimbulkan dari pertarungan antara kedua 'kepiting' langka itu, sangat indah dan jelas terdengar karena berada di mulut lubang, apalagi sedikit basah karena percampuran antara air khas 'kepiting' dengan air sungai serta air lumpur. "Akhh.. Uuhh.. Ikkhh.. Ookkhh.. Eennakk. Nikkmat sekali kepitingnya Mas. 

Terus.. Teruss.. Ayo hantam teruss Mass" erang si istri tersentak-sentak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Si suami juga mengerang hal yang serupa. Mungkin karena sang istri telah merasa lelah menungging, ia meminta sang suami untuk berhenti bergerak sejenak, tapi sang suami tidak menghiraukannya. Akhirnya sang istri menarik pantatnya masuk lebih dalam sehingga 'kepiting' sang suami dengan sendirinya keluar dan lepas dari lubang 'kepiting' sang istri, bahkan perut sang suami dengan keras menghantam mulut lubang yang dimasuki sang istri tersebut. Namun tak lama setelah itu, sang istri kembali menjulurkan keluar pantatnya dalam keadaan terbalik yakni telentang dalam lubang, sehingga memudahkan sang suami memasukkan kembali 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Pertarungan pun dimulai kembali yang diiringi dengan musik khas yang keluar dari pertarungan kedua 'kepiting' itu. 

"Decak.. Decukk.. Decikk.. Plagg.. Plugghh.. Pologg" suara itulah yang mewarnai kesunyian di sungai itu yang dibarengi pula dengan suara nafas saling mengejar dari kedua mulut pasangan suami istri yang sedang mengidamkan kepiting itu. "Maass.. Mass, 'kepiting'ku mau pipis" kata sang istri ketika sang suami dengan gencarnya menghentakkan 'kepiting'nya keluar masuk ke mulut 'kepiting' sang istri tanpa menghiraukan kata-kata sang istri. "Biar saja pipis, karena 'kepiting'ku juga mau pipis, biar bersamaan saja" kata sang suami sambil tetap mempercepat kocokannya dan meraba-raba serta meremas-remas kedua benda kenyal yang ada di dada sang istri, meskipun tanpa melihatnya karena letaknya agak ke dalam. "Nnikkmatnnya kepitingnya yach" secara serentak kedua pasangan itu tiba-tiba mengucapkan kalimat yang sama saat 'kepiting' keduanya bersamaan mengeluarkan cairan hangat yang dianggapnya sebagai air pipis 'kepiting'. 

Akhirnya keduanya tergeletak di tempatnya masing-masng. Sang suami tergeletak di luar lubang sementara sang istri di dalam lubang. Setelah terdiam sejenak, sang istri lalu keluar dan mencium pipi dan bibir sang suami yang masih tergeletak di pinggir sungai. "Mas, ayo bangun. Kita pulang aja yuk. Kita sudah tangkap dan nikmati kepitingnya. Aku sudah puas sekali dan tak bergairah lagi mencari kepiting beneran" kata sang istri sambil membangunkan suaminya dengan suara sedikit berbisik di telinganya. "Wah kita terlalu jauh mencari kepiting dinda, padahal ada kepiting yang kita bawa masing-masing. 

Lebih nikmat lagi memakannya, bahkan tak pernah habis. Ayo dinda, nanti di rumah kita makan lagi kepiting ini.. Ha.. Hha.. Hha" kata sang suami sambil merapikan kembali pakaiannya bersama sang istri lalu keduanya tertawa terbahak sambil berpelukan dan berciuman, lalu kembali ke rumah. Setibanya di rumah, mereka kembali mengadu 'kepiting'nya beberapa kali dengan posisi yang lebih membuatnya leluasa bergerak. Sejak saat itu, sang istri tak pernah lagi meminta suaminya untuk mencari kepiting di sungai dan sejak itu pula keinginannya terhadap kepiting sungguhan hilang. Bagi pembaca yang penasaran ingin tahu lebih banyak pengalamanku atau ceritaku ini, maka silakan hubungi aku via email. 


E N D

DISINI


Bintang Video Bokep Jepang Nonami Takizawa 3gp

Cerita Tante: Akibat Berbuat Baik


Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget, semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.

Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.

Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara "Excuse me, spare some change?" Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.

"Duh kasihan banget" pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
"Ini, silakan", aku bilang.
"Terima kasih Mas," kata gadis yang memegang uang.
"Terima kasih kembali" kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main.., gimana kalau aku undang saja tu cewek.

Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald's, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang "Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?" sambil tertawa.
Aku senyum saja "Oke, Nich beli aja". Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.

Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.

Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.

Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.

Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.

Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
"Mau Minum Champagne?" tanyanya.
"Boleh", kataku, "Tapi.., kamu kan masih anak-anak" kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.

Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. "Gile, dikirain becanda" pikirku.

Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.

Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.


Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!

Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat.., sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, "teknik meminum air". Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata "do my sister"

Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.

Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.

Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, "Aahh.. fuck.. shit!

Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.

Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya.

Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.

Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama.

Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.

Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.

TAMAT


DISINI


Cerita Tante: Pengasuhku Tersayang


Cerita Tante - Pembaca yang sedang santai, kali ini aku akan menceritakan kejadian pada saat aku berumur kurang lebih 19 tahun. Kisah ini sebenarnya bermula ketika aku masih kecil, kira-kira berumur 7 tahun, dimana pada saat itu Ibu menyerahkanku kepada seorang wanita pengasuh (baby sitter) bernama Sari untuk mengurus segala keperluanku, baik mandi, makan, main, dll. Pengasuhku pada saat itu sebenarnya masih tergolong anak-anak juga dan kira-kira berumur 13 tahunan, dengan postur badan agak tinggi dibandingkan dengan usianya. Setiap hari, tugasnya secara rutin yaitu pagi-pagi memandikan kemudian menggantikan bajuku dan jika sudah agak siang, kami bermain bersama-sama.

Cerita Seks - Pada saat itu aku belum mempunyai perasaan apa-apa kecuali perasaan seorang anak terhadap pengasuhnya. Setiap memandikanku ia pasti selalu menggosok seluruh badanku, tidak ketinggalan pula alatku yang masih kecil. Hal ini berjalan kira-kira 3 tahun sampai dengan ia dinikahkan oleh orang tuanya dan diminta pulang ke desanya. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya. Waktu berjalan terus, dan pertumbuhan badanku berkembang pesat menjadi seorang remaja berusia 19 tahun yang tampan. Pada suatu hari, keluarga kami kedatangan tamu dan ternyata dia adalah bekas pengasuhku dulu. Ia pun telah tumbuh menjadi sorang wanita muda yang matang dengan postur tubuhnya yang mempesona. Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, tapi kemulusan dan kehalusan kulitnya dapat menambah nilai kecantikannya tersebut, maklum saja karena ia berasal dari desa yang berhawa dingin.

"Permisi.., Bu..", sapanya kepada ibuku.
"Oh.. kamu.. Sari.. Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?", tanya ibuku.
"Sudah pisah kok Bu".
"Lho, kenapa?".
"Itu Bu.., dia kawin sama perempuan lain".
"Oh ya Bu.., mana Den Rully?".
"Lha itu dia di sebelah kamu..".
Memang dari tadi aku terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Buah dadanya yang besar dibalut dengan baju lengan panjang warna biru tua, pinggulnya yang bulat dibungkus dengan rok warna cream dibawah lutut. Ck.., ck.., bukan main mantan pengasuhku ini.., pikirku.
"Aduh Deen.., kok sudah besar gini toch, mana ganteng lagi", sapanya.
"Lha iya wong diberi makan tiap hari kok", jawabku.
"Wah kalo gini sich, kalo ketemu di jalan, saya pasti pangling lho".
"Aku juga gitu.. kok Mbak.. pangling sama Mbak. Udah punya anak belum?".
"Belum Den".
"Jangan panggil Den ach.., Mas aja gitu lho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku lagi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan".
"Iya deh Mas".
"Udah sana istirahat dulu", kata ibuku menyela.
"Terima kasih.., Bu".

Kemudian Sari pergi ke belakang mencari kamarnya yang dulu untuk tidur. Sejak kepergian Sari dulu, kamar tersebut hanya dijadikan tempat untuk menyeterika pakaian. Dan sejak aku dan saudaraku sudah berangkat remaja, Ibu tidak lagi mempekerjakan pembantu, sehingga kamar tersebut dapat digunakan lagi oleh Sari. Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang kuliah, dan karena aku perlu pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetulan tidak ada Sari, entah kemana.

Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Kelihatannya dia baru saja selesai mandi dan keramas.
"Oh ada Mas Rully toch".
"Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju".
"Kalo boleh saya bantu Mas.., biar cepat selesai".
"Ah.. nggak usah. Makin lama di sini makin seneng kok..", godaku.
"Ah.. Mas bisa aja".
"Mbak sekarang kerjanya di mana?".
"Nggak ada Mas, makanya saya mau minta tolong sama Ibu".
"Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku lagi", godaku lagi.
"Kan udah nggak bisa lagi".
"Kenapa? Apa karena saya sudah besar?", suaraku sudah mulai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mulai datang. Kulihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin terlihat menonjol di balik blusnya yang agak tipis.
"Kan malu Mas..".
"Ya kalo dilihat orang sich malu, tapi kalo cuma berdua kan enggak", pancingku.

Tanganku mulai mencoba memegang tangan kirinya. Ia diam saja. Tangan kiriku menarik bahunya yang kanan untuk mendekatkannya ke tubuhku. "Jangan Mas.., nanti dilihat orang.. nanti Ibu datang", katanya bergetar. Tampaknya ia juga sudah mulai merasakan rangsanganku.Aku sudah tidak peduli, kutarik dengan perlahan-lahan wajahnya ke wajahku, dan dengan lembut kucium bibirnya.., "Uuch.., ehm.., ja.., ngan.., Maass.., ach..", dan dengan perlahan-lahan lidahku kumasukkan ke mulutnya dan kumainkan, "Aach.., saya mohon Mas.., jangan..", dengan lemah lembut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.

Tapi nafsuku pada saat itu seakan-akan sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Kutarik lagi dengan agak memaksa tubuhnya kedalam pelukanku, dan kucium lehernya yang mulus.., kubuka kancing blusnya yang paling atas, sehingga tonjolan buah dadanya yang besar sedikit terlihat sehingga membuatku semakin benafsu.., "Aduh.., Mas.., jangan Mas..", pintanya. Namun tiba-tiba pintu diketuk dari luar.., "Tok.., tok.., Rully.., tolong bukain pintunya..", Ibu datang.., waduh.., aku menggumam dalam hati.. "Mas, itu ibu datang..", kata Sari sambil membenahi dirinya yang agak kusut karena ulahku tadi.

Siang itu nafsuku belum tercapai. Baru pertama kali itu aku melakukan hal-hal seperti di atas dengan seorang wanita. Selama seharian aku tidak dapat memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang sampai beberapa hari. Kupikir betapa nikmatnya apabila aku dapat menyelesaikan permainan diatas sampai tuntas. Kesempatan lain ternyata masih ada, ketika itu seisi rumah sedang keluar dan cuaca di luar agak dingin, karena hari menjelang sore. Saat itu Sari sedang menyapu ruang tengah. Dengan hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih agak longgar, bercelana pendek jeans, Sari tampak seperti bukan bekas seorang pengasuh. Kulitnya yang putih bersih, dengan rambut tergerai sebahu dan buah dada yang besar membuat jantungku berdegup tidak karuan.

Aku sudah tidak tahan lagi, kutubruk tubuh Sari, kupeluk, kucium bibir, leher dan kembali lagi ke bibirnya. Kulumat bibirnya, meskipun dia sedikit agak meronta, tetapi tidak sekeras pada saat sebelumnya. Tanganku mulai beraksi, meraba pinggangnya, kemudian menyibakkan kaos oblongnya ke atas sehingga sampailah pada kaitan tali BH yang berada di belakangnya. Kubuka kaitannya, kemudian tanganku merayap ke depan hingga tersentuhlah buah dadanya yang masih padat, meskipun agak turun sedikit saking besarnya. Kuremas dengan perlahan sekali.., kupilin putingnya yang sudah berdiri tegak. "Ach.., ach..", desah Sari. Sekarang dia sudah tidak meronta lagi, tetapi bahkan terlihat menikmati apa yang kulakukan. Kusibak lebih keatas lagi kaosnya dan kuturunkan mulutku ke putingnya, kucium.., kemudian kusedot dengan perlahan sekali.., "Ach.., aduh mas.., aduh Mas.., Maas.. Kepalanya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk lebih dimainkan olehku.

Lama mulutku bermain di buah dadanya sampai akhirnya tangannya memegang tanganku dan membimbingnya ke bawah untuk menjamah kewanitaannya. Aku turuti keinginannya dan kugosok vaginanya dari luar celananya.., "Auh.., auh.. nikmat.. Mas". Sekarang posisi tangan kananku sedang menggosok kemaluannya dan mulutku terus mempermainkan buah dadanya. Kemudian tanganku masuk ke dalam celana jeansnya, dan.., aduh mak.., tersentuhlah rambut halus yang telah lembab. "Uuch.., uch..", dia mendesah. Sambil terpejam menikmati apa yang kulakukan, tanganku mulai menyibak rambut kemaluannya tadi dan tersentuhlah olehku klitnya.. dan "Aauch.., auch.. Mas.. nikmat sekali".

Beberapa saat lamanya ia pasrah dan diam tanpa reaksi. Lama kelamaan, mungkin ia sendiri tidak tahan, hingga ia pun mulai menggerakkan tangannya mula-mula membelai dadaku kemudian turun ke perut dan akhirnya ke celana dalamku. pada saat itu aku mengenakan celana pendek olah raga, dengan kaus singlet diatasnya. Dia menyentuh penisku, diremasnya dengan lembut, dikocoknya dari luar.. "Uugh.., ugh..", aku merintih kenikmatan "Aadduhh Mbak.., Mbak pintar deh..", "Ah, Mas juga pintar kok.., malah terlalu pintar dibandingkan usia Mas sendiri..", desahnya. Kemudian kuseret dia masuk ke dalam kamarku, dan kurebahkan di atas dipanku. Dia kemudian membalikkan tubuhnya sehingga berada diatasku.. aduh mak, buah dadanya betul-betul indah menggantung di atas hidungku. Kucium dengan gemas dan kumainkan putingnya dengan mulutku, "Aaacchh.., auch Mas.., auch.., auch..", sementara itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamnya, sambil tangan kiriku terus memeluk pinggangnya dan tangan kananku meremas pantatnya yang masih bulat segar, dan mulutku tetap berada di putingnya. Sementara itu tangannya meremas penisku dengan sedikit mengocok.

Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya "Aach.., ach..", bandel juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya. Dikocoknya penisku dengan mulutnya. Tampaknya ia sudah berpengalaman dengan gaya-gaya yang aduhai. Aku tidak mau kalah, kubuka kewanitaannya dengan tangan, kemudian kujulurkan lidahku dan mulailah aku menjilati bagian yang paling terlarang itu, "Uuch.., uch..". Kami berpagut lama sekali hingga rasa-rasanya aku ingin segera memasukkan alatku ke liang surgawinya. "Maas..". "Ya, Mbak..". "Tolong dong dimasukin.., saya udah nggak tahan nih.. udah lama saya nggak disentuh, tolong dong mas..". Aku berpikir sejenak.., bagaimana kalau nanti dia hamil, bagaimana nanti kalau ketahuan oleh Ibu, dll. Tapi aku sendiri sebetulnya juga sudah tidak tahan.., dan akhirnya, "Baik Mbak, ta.. pi.., kalau Mbak hamil gimana dong.." "Saya pakai KB kok mas..", katanya. "Baik Mbak..", kemudian tubuhnya membalik kembali, tetapi posisinya masih di atas. Ia pegang penisku dengan lembut dan menuntunnya memasuki liang surgawinya, dan., "Aachh.., sshh.., sshh..". Penisku serasa dijepit oleh sesuatu yang berdenyut-denyut lembut, dan itu adalah kewanitaannya.

Dia memompa dari atas naik turun beberapa kali, kemudian akhirnya dia merebahkan dirinya ke samping saya, dan meminta saya untuk menyetubuhinya dari atas. Aku naik ke tubuhnya dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulailah aku memompa dari atas, "Aauch.., auucchh, Mass.., saya mau pipiss.., aachh.., aachh..", dijepitnya pinggangku dengan kedua kakinya. Penisku serasa akan pecah disedot oleh vaginanya yang bersamaan dengan keluarnya "pipis"nya dan akhirnya akupun tidak tahan, dan, "Aach..", maniku muncrat di dalam kewanitaannya, "Heh.., heh.", kamipun lunglai ngos-ngosan. Sambil saling tersenyum, kucium bibirnya, kupeluk, dan sambil berkata, "Terima kasih ya Mbak..", "Malah aku yang harus berterima kasih sama Mas, karena Mas telah memberi saya kenikmatan yang sudah lama tidak saya peroleh". Pada hari-hari selanjutnya, kami bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.


DISINI


Cerita Tante: Permainan Ranjang Iza


Cerita Tante - Kali ini Wanitaku.info akan berbagi cerita seks dewasa Permainan Ranjang Iza. Waktu itu Senin sore tanggal 26 Januari 2004 sekitar pukul 15.30 waktu Malaysia setelah mengunjungi Putrajaya tempat PM Malaysia berkantor di negara bagian Selangor, rombongan kami check in di PNB Darby Park yang terletak di jalan Binjau No.10 Kuala Lumpur dan lokasinya berdekatan dengan Tabung Haji Malaysia dan Menara Kembar (Twin Tower) Petronas yang cukup terkenal di dunia. Dari hotel tempat aku meningap itu, bila hendak ke menara kembar itu dengan jalan kaki bisa ditempuh dalam waktu 10 menit.

Cerita Seks - Aku mendapat kunci kamar dengan nomor 2805, yang berarti berada di lantai 28 dan masih menempati kamar executive suite yang memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Sehingga, tiap kami pasti ada satu kamar yang kosong dan tak terisi. Aku berfikir, kenapa pihak penyelenggara Mega FAM Malaysia ini tidak menempatkan kami berdua dalam satu kamar sehingga tidak ada kamar yang kosong.

Sekitar pukul 16.15, bell di kamarku berdering. Ternyata dari pemandu kami yang orang Pakistan untuk mengingatkan agar 15 menit lagi berkumpul di lobby hotel untuk bersiap-siap pergi pesiar ke KLCC yang terletak di bawah menara kembar Petronas, ke Menara Kuala Lumpur dan terakhir ke Genting Highland, dimana di lokasi dengan ketinggian sekitar 5.350 kaki itu juga terdapat kasino nomor dua terbesar di Asia.

Namun aku menyampaikan kepada pemandu itu dan juga kepada pimpinan rombongan, bahwa aku ingin istirahat saja di kamar, sekaligus menyatakan bahwa aku juga hendak ke China Town setelah magrib untuk membeli ole-ole buat teman-teman di kantor sepulang dari Malaysia nantinya. Akhirnya mereka mengerti dan meninggalkan aku sendiri di kamar.

Sepeninggalan teman-teman yang telah pergi shopping ke KLCC, untuk menghilangkan jenuh aku lalu menghidupkan VCD player yang ada di ruang tamu dengan memutar kepingan VCD "Tourism Malaysia" yang diberikan pihak penyelenggara seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Baru, beberapa hari lalu, sambil tidur-tiduran di atas sofa yang cukup lebar dan empuk. Mungkin karena capek setelah seharian mutar-mutar di Putrajaya, tak terasa aku tertidur dan baru terbangun ketika bell di kamarku berbunyi. Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 18.45. Siapa pula yang datang? Teman-teman kembali nanti paling juga subuh karena memang ada diantara mereka yang ingin berjudi di Genting.

Dengan bermalas-malasan dan setelah merapikan baju kaos yang aku pakai, aku buka juga pintu kamarku. Sesaat aku terkaget dan seperti tidak percaya melihat orang yang berdiri di hadapanku.

"Iza..?" hanya itu yang bisa aku ucapkan sambil mengucek-ucek kelopak mataku.
"Kamu jahat. Kenapa kamu tidak memberitahuku jika kamu datang ke Malaysia? Bahkan ketika kamu sudah berada di Kuala Lumpur pun, kamu masih tetap tidak meneleponku," cewek itu berceloteh terus sambil mendorong tubuhku ke dalam dengan tangan memukul dadaku.

"Aku bukannya sengaja untuk tidak meneleponmu. Tapi sungguh, nomor telepon kamu hilang ketika aku mengganti kartu halloku dengan navigator 64kb yang dikeluarkan Telkomsel. Aku ganti kartu, karena aku ingin mengaktifkan mobile banking, sementara memori untuk menyimpang nomor telepon di kartu baru itu tidak cukup untuk 250 nama seperti pada kartu lama. Aku baru tahu nomor kamu tidak ada di kartuku, setelah mau menelpon kamu ketika hendak berangkat ke Malaysia seminggu lalu," ujarku menerangkan, sambil membelai rambutnya yang direbonding.

Oh ya, Iza adalah pacarku orang Malaysia dan kini berusia sekitar 23 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup besar di negara jiran itu, yang ku kenal ketika dalam perjalanan dengan pesawat Silk Air menuju kota "P" dari Singapore tahun 2000 lalu. Dan selama di kota "P" aku selalu menemaninya kemana pergi, dan bahkan sempat beberapa kali tidur bersama. Iza yang bertubuh seksi dan sintal dengan tinggi sekitar 168 cm berkulit putih dan mirip artis Eddies Adellia. Pinggangnya ramping, pinggul padat berisi dan payudara yang montok serta padat dengan ukuran bra 36B. Dan setiap aku ke Malaysia atau dia ke kotaku, pastilah tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua untuk bercinta.

Ketika aku tanyakan dari mana dia tahu kalau aku sedang di Kuala Lumpur dan menginap di PNB Darby Park, ia menyatakan tahu dari teman-temanku. Waktu dia sedang duduk-duduk di salah satu kafe di KLCC sepulang dari kerja, dan kebetulan melihat teman-temanku yang pakai kokarde "Mega FAM" bertuliskan dari kota "P", dan menguping teman-temanku bercerita, dan ia mendengar namaku ikut disebut-sebut. Waktu itu, feelingnya langsung mengatakan bahwa nama Sandy yang disebut-sebut itu pastilah aku, sehingga ia memberanikan diri bertanya pada salah seorang temanku, dimana aku berada, setelah sebelumnya ia menyatakan bahwa ia mengenal aku. Akhirnya teman-temanku mengatakan bahwa aku sedang istirahat di hotel, dan ketika ia datang ke hotel tempat aku menginap, ia tanyakan namaku dan receptions hotel lalu memberi nomor kamarku.

"Syukurlah kamu bisa menemukan aku. Kamu tahu kenapa aku tidak mau gabung dengan teman-teman ke Genting? Itu karena aku punya rencana untuk datang ke rumahmu malam ini," ujarku menjelaskan.
"Iya ke..," rajuknya dalam logat Malaysia.
"Sure..!" jawabku pasti, sambil merengkuh pundaknya sehingga ia berada dalam pelukanku.
"Aku sungguh merindukanmu, Iza," rayuku.
"Aku juga, makanya aku datang ke tempatmu," balasnya.
"Kamu mau menemaniku disini malam ini kan?" tanyaku.

Iza menganggukkan kepalanya. Namun ia menyatakan bahwa ia harus menelepon temannya satu apartemen bersebelahan kamar untuk memberitahu, untuk memberitahu jika ia tidak pulang malam ini.

Karena tidak tahan lagi menahan rasa rindu yang memuncak serta keinginan untuk mereguk kenikmatan tubuhnya yang sensual dan sudah hampir satu tahun tidak aku cicipi itu. Kulihat Iza yang baru saja menelepon temannya itu sedang asyik menikmati siaran TV3 sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai di sofa yang berukuran cukup panjang dan lebar itu. Aku mendekat dan langsung mengecup keningnya. Ia menengadah, dan ciumanku terus merambat turun ke bibirnya yang sensual.
"Ah..," desahnya tertahan.

Ciumanku terus menjalar ke belakang telinganya dan terus ke lehernya yang jenjang. Sementara tanganku mulai menjalar mencari dua bukit kenyal yang montok dan selalu menantang itu. Kulihat ia mulai menggelinjang-gelinjang sambil merasakan nikmat permainan yang aku berikan.

Perlahan-lahan tapi pasti, aku mulai membuka baju kaos yang dipakainya, dan melanjutkan dengan membuka celana jeans ketat yang melekat di tubuhnya. Sehingga terlihat ia hanya menggunakan bra warna hitam yang serasi dengan celana dalamnya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirku, tetap bermain di bibirnya yang ranum. Kemudian tangan kananku mulai mencari pengait bra yang dipakainya dan melepasnya.

Bibirku langsung beraksi mengulum puting susunya yang sudah mulai mengeras. Sekali-sekali aku gigit puting susunya yang berwarna coklat itu, sehingga ia terdengar mengerang. Sementara tangan kananku, terus merambat turun dan mulai memelorotkan celana dalamnya. Sesaat tanganku berhenti di gundukan daging di sela pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat dan tertata rapi.
"Honey, please..!" rengeknya sambil berusaha membuka kaos singlet yang kupakai.

Kemudian dengan rakusnya iapun mulai menjilati dan menghisap puting susuku yang ditumbuhi bulu-bulu. Aku tergelinjang, dan seketika nafsuku semakin memuncak. Ia semakin bergelora dan terus menjilati tubuhku hingga ke bawah. Karena terhalang celana pendek yang kupakai, iapun lalu memelorotkannya, sehingga aku menjadi telanjang bulat seperti dirinya. Penisku terlihat mengacung dengan gagahnya ke atas.
"Oh..," desahnya sambil menjilati seluruh batang penisku.

Tak cukup sampai disitu, ia lalu berusaha mengulum seluruh batang penisku. Namun karena tersekat di kerongkongannya, hanya sebagian saja yang bisa dikulum dan diisapnya, sehingga membuat aku kegelian dan semakin terangsang. Kemudian aku coba mengambil alih inisiatif dengan menarik tubuhnya ke atas serta menyandarkannya di sofa, dan kemudian aku mulai lagi menjilati dan menghisap puting payudaranya. Hisapanku lalu pindah ke bibir, ke telinga dan leher, sehingga membuatnya makin terangsang dengan hebat.

Ciuman lalu aku teruskan ke bawah, dan bermain-main sebentar di sekitar pusarnya. Kemudian bibirku terus merambat ke bawah, dan mendapatkan vaginanya yang berbulu lebat itu sudah mulai dibasahi cairan kental. Setelah kakinya aku angka dan bulu-bulu yang menutupi lubang vaginanya aku sibakkan, aku mulai menjilat clitorisnya dengan lidahku. Iza semakin menggelinjang menahan nikmat, sehingga setelah hampir lima menit lidahku bermain di lubang vaginanya, akhirnya aku lihat Iza berkelenjotan dan mengangkat tinggi pinggulnya dan terdengar teriakan tertahan.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi. Aku.. mau.. keluar..!' teriaknya.

Tak lama kemudian aku melihat cukup banyak cairan kental menyembur dari lubang vaginanya. Sementara aku lalu menghentikan jilatan untuk memberikannya kesempatan menikmati orgasmenya yang pertama itu. Kemudian, dengan rakus aku jilati semua cairan yang keluar dari vaginanya itu.

"Ah, honey. Apa yang aku impikan selama satu tahun ini untuk bercinta kembali denganmu, akhirnya menjadi kenyataan," katanya.
"Aku juga sayang, si kecil ini sudah lama berontak untuk bisa bersemayam di goa milikmu yang hangat itu," balasku sambil mencium mesra bibirnya.

Ciumanku itu dibalas Iza dengan hangat. Kembali permainan lidah yang luar biasa terjadi. Sementara tangan kananku sibuk meremas dengan lembut dua bukit kembarnya yang sangat menantang itu. Lalu perlahan dan tanpa melepaskan ciuman bibir, aku bopong Iza ke dalam kamar dengan tetap membiarkan kaca jendela tidak ditutup gorden, sehingga menambah nuansa tersendiri dalam permainan seks kami.

Baru saja Iza aku rebahkan di ranjang, tiba-tiba ia bangkit dan mendorongku hingga tertelentang. Ia terlihat ingin mengambil inisiatif menyerang dengan menciumi seluruh bagian tubuhku dengan ganasnya. Akibatnya, penis aku yang sejak tadi sudah mengeras itu, sudah tidak sabaran lagi untuk bisa menyeruak ke dalam lubang kenikmatan Iza. Pada saat Iza asyik melumat bibirku, secara diam-diam "si kecil" aku arahkan tepat di lubang vaginanya.
"Ah, terus sayang..," desahnya.

Sementara aku mengangkat pinggul agar penisku bisa masuk, Iza juga ikut membantu dengan menekan pinggulnya. Secara perlahan-lahan, penisku mulai dapat memasuki liang vagina Iza yang masih terasa sempit karena selalu dirawat dengan baik. Bless..! Semua batang penisku amblas masuk hingga dapat kurasakan menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, terus honey. Enaakk..!" desahnya.

Karena aku merasakan goyangnya mulai mengendur karena lelah berada di atas, akhirnya aku mengambil inisiatif membalikkan tubuhnya hingga telentang, dengan penisku tetap berada di dalam vaginanya. Secara perlahan, aku mulai menggoyang pinggul untuk memaju mundurkan penisku di vaginanya, sementara lidahku tetap saling kait mengait dengan lidahnya. Kemudian lidahku merambat turun ke dadanya dan menghisap puting susunya yang mengeras, sementara aku tetap mempertahankan intensitas goyangan di pinggulku. Akibatnya, Iza terlihat sudah tidak bisa menahan seranganku, karena aku rasakan pinggulnya mulai diangkat dan kakinya mengejang.

"Oh, honey. Aku tak tahan lagi dan mau.. ke.. luar..'" erangnya.
"Tahan dulu sayang, kita keluarkan sama-sama," ujarku tertahan.

Aku akhirnya aku tidak bisa menahan desakan di pangkal penisku yang terasa menghentak-hentak hendak menghantam vagina Iza. Dan dalam hitungan detik, akhirnya aku muntahkan seluruh sperma yang ada di penisku, sementara Iza juga kurasakan mengeluarkan lendir di vaginanya yang terasa hangat oleh batang penisku.

"Oh, aku benar-benar puas Sandy. Aku ingin kamu masih di KL agak beberapa hari lagi," ujarnya sambil mengecup bibirku mesra.
"Bagaimana ya, tiketku tak bisa diundur karena sudah diprogram oleh penyelenggara Mega FAM. Aku harus pulang ke Indonesia pagi besok," jawabku hati-hati.
"Pokoknya serahkan saja tiket itu padaku, aku yang akan mengaturnya. Kalaupun tiket pesawatmu tidak bisa di undur, biarkan saja, nanti aku ganti dengan tiket baru untuk kembali ke Indonesia hari Kamis tanggal 29 Januari," katanya sambil mengelus dadaku yang sedikit berbulu. Aku menyatakan setuju, sehingga kulihat ia tersenyum karena merasa senang.

Dan menjelang pagi, kami sempat melakukan "pertarungan" sengit itu hingga empat kali, sehingga aku lihat Iza benar-benar terpuaskan oleh permainanku yang katanya sangat dahsyat itu. Ia juga berjanji untuk minta izin kepada atasannya selama 3 hari untuk menemaniku selama berada di Kuala Lumpur, sekaligus untuk melampiaskan nafsu syahwatnya yang juga sangat dahsyat itu.

Iza kembali ke apartemennya sekitar jam 04.30 untuk bersiap-siap pergi kerja, dan sekitar pukul 05.30 aku dibangunkan teman-teman untuk bersiap-siap menuju KLIA untuk seterusnya kembali ke kotaku. Namun kepada teman-teman aku sampaikan, bahwa aku masih akan tinggal di Kuala Lumpur hingga tanggal 29 Januari, karena ada sedikit urusan. Tentang tiket pesawatku yang tidak bisa diundur keberangkatannya, aku katakan sudah ada yang mengaturnya, sehingga teman-temanku dapat memahaminya.

*****

Semoga puas membaca kisah cintaku dengan cewek Malaysia. Pesanku, "don't wait until tomorrow, what can you do to do".


DISINI